Kekuasaan dalam misi: percakapan pendahuluan
Johannesburg, 1 November 2024 — Dengan keragaman budaya, organisasi, dan praktik dalam Aliansi, cara kita memandang kekuasaan dan menangani pengambilan keputusan serta kemitraan berdampak pada kolaborasi dan kemajuan gerakan penerjemahan Alkitab global.
David Cárdenas, Direktur Area Aliansi Amerika, memimpin diskusi Pertemuan Global di antara delegasi Amerika tentang bagaimana kekuasaan dipandang dan digunakan dalam misi global. Percakapan tersebut merupakan awal dari perbincangan global yang direncanakan Aliansi dalam waktu dekat.
“Pada masa kini di mana kita hidup, kita mempunyai peluang luar biasa dalam hal misi dunia,” cetus David. “Gereja sedang terus berkembang. Ada ministri-ministri baru dalam penerjemahan Alkitab. Gereja lokal dan orang-orang lokal adalah tokoh utamanya. Mereka lebih terlibat dalam pekerjaan itu. Di Aliansi Global, ada lebih banyak hal yang bisa terjadi.”
“Ada [juga] keragaman besar dalam hal bakat, sejarah, kekayaan kontak, budaya, dan bahasa yang diwakili di seluruh organisasi kami. Tentu saja, semuanya berkomitmen untuk menggenapi kehendak Allah. Namun kita tidak boleh lupa bahwa dalam konteks ini terdapat dinamika kekuasaan.”
“Misalnya, [kekuasaan mempengaruhi] cara kita mengambil keputusan ketika kita memutuskan untuk bermitra dengan organisasi lain:
- Ketika kita memutuskan dengan siapa kita akan bekerja atau dengan siapa kita tidak akan bekerja sama.
- Ketika kita meminta sumber daya atau ketika kita memberi sumber daya.
- Ketika kita bertanggung jawab atau ketika kita meminta pertanggungjawaban.
- Ketika kita mengundang orang lain untuk menjadi bagian dari percakapan kita.”
“Ada kekuasaan dalam diri kita yang memungkinkan orang lain untuk bergabung dan datang.
Sebagai contoh, agenda yang kita buat, itu berdasarkan apa yang kita ketahui melalui ministri kita. Dan jika organisasi Anda sudah mengembangkan sumber daya, Anda juga membuat agenda tentang bagaimana sumber daya tersebut akan digunakan. Juga jika kita menganggap bahwa kita mempunyai kekuasaan, bagaimana kita hidup di dunia di mana terdapat pengaruh-pengaruh yang berbeda? Bagaimana kita mempersiapkan pemimpin-pemimpin lainnya untuk menjalankan dinamika kekuasaan tersebut?”
“Apa yang kita pahami sebagai kekuasaan? Biasanya ketika kita memikirkan kekuasaan, kita memikirkan kendali. Dan kita mempunyai beberapa pemikiran mengenai bagaimana kita menggunakan kekuasaan atau bagaimana kita dipengaruhi oleh orang-orang lainnya. Mungkin ada di sini yang membawa luka, kesan, atau bahkan cerita sejarah. Semuanya ini valid, namun idenya ialah kita akan membawanya dalam diskusi konstruktif.”

Stephanie de Oliveira dari Wycliffe USA menyediakan penerjemahan bahasa Inggris bagi David Cárdenas, Direktur Area Amerika.
Tanggapan
Para peserta diberi kesempatan untuk mendiskusikan topik ini, melalui pertanyaan di kelompok mejanya:
- Bagaimana organisasi Anda mengalami dinamika kekuasaan antar organisasi lainnya, baik di dalam maupun di luar negara dan wilayah Anda?
- Kekhawatiran dan minat apa yang Anda miliki, yang perlu ditelusuri sehubungan dengan pengalaman-pengalaman ini?
Berikut beberapa tanggapan dari kelompok tersebut:
- “[Mereka] yang kurang berkuasa tidak merasa bebas untuk berkomunikasi.”
- “Belajar dan belajarlah untuk menghargai, walaupun kondisi kita tidak sama, walaupun kita semua sama dalam penciptaan. Namun pada kenyataannya tidak selalu seperti itu.”
- “Banyak wilayah kekuasaan yang bisa muncul. Tidak peduli seberapa keras Anda berusaha, seringkali mereka yang mempunyai dana berarti orang yang berkuasa. Bagaimana kita bisa mengatasi ketegangan dari pihak yang menyediakan dana dengan mereka dalam komunitas yang menerjemahkan? Kita juga membahas dinamika budaya dan masyarakat: dinamika dalam negeri atau di negara tetangga antarkelompok masyarakat. Sejarah yang mungkin berasal dari beberapa generasi sebelumnya namun masih tetap hadir hingga kini.”
- “Ketika dua organisasi atau orang-orang berhimpun, dan keduanya sejalan dalam misinya, hal itu dipandang sebagai kemitraan. Namun ketika seseorang datang dan berusaha membuat orang lain melakukan sesuatu yang berbeda dari panggilannya, kita menyebutnya powership [kekuasaan]. Kita ingin berada dalam kemitraan.”
- “Kami melihat ada tema yang muncul – ada organisasi yang ‘berpunya’ dan ada organisasi yang ‘tidak berpunya.’ Dinamika kekuasaan ini harus dijauhkan dari kemitraan-kemitraan itu. Kuncinya disana adalah membangun kepercayaan.”
- “Kita bertanya-tanya, apakah memikirkan organisasi dan orang-orang sebagai yang tidak mempunyai kekuasaan atau yang mempunyai banyak kekuasaan adalah hal yang terlalu disederhanakan. Kita bertanya-tanya, apakah mereka dengan kekuasaan sedikit sebenarnya mempunyai jenis kekuasaan lainnya yang belum diakui secara tradisional. Juga seiring dengan perubahan misi, apakah rasa frustrasi yang dialami organisasi-organisasi yang kekuasaannya tinggi sebenarnya berasal dari kesadaran bahwa organisasi-organisasi yang kekuasaannya rendah sedang menemukan cara-cara untuk menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan alternatif ini. Sebagai contoh, ada organisasi lokal dengan pengetahuan lokal yang serta-merta menolak bekerja sama. Namun mereka penting dalam pekerjaan itu. Organisasi-organisasi dengan kekuasaan tinggi tidak dapat bekerja tanpa mereka.”
- “Bagaimana kita memanfaatkan teks-teks profit dan non-profit? Semua organisasi digerakkan oleh misi. Ada yang mengandalkan model bisnis penjualan Alkitab; jadi jika jumlah cetakan dan potensi penjualan tidak cukup besar, mereka tidak akan melakukannya. Sementara kebanyakan di sini mungkin mempunyai model yang berbeda. Kita mungkin mengenakan biaya dalam jumlah kecil. Namun ini didukung oleh sumbangan supaya Kitab-Kitab Suci ini sampai kepada orang-orang. Jadi, bagaimana kita mengatasi ketegangan tersebut dengan organisasi misi lainnya?”
- “Sebagai organisasi yang kecil kekuasaannya, terkadang kita ingin menghindari dinamika kekuasaan yang sedang terjadi. Bagaimana kita bisa menggunakan pendekatan yang berbeda terhadap dinamika kekuasaan? Lebih banyak kolaborasi Dunia akan percaya ketika kita satu adanya. Itulah yang dipertaruhkan.”
- Anekdot: “Sebuah organisasi yang terkait dengan penerjemahan mempunyai pandangan yang jelas mengenai orang-orang lokal yang berpartisipasi dalam penerjemahan. Jika penutur bahasa asli ikut serta dalam tim, mereka harus bertanggung jawab kepada penerjemah. Salah satu kekhawatirannya ialah kita mungkin akan mengulangi dinamika kekuasaan ini. Kekuasaan itu bersifat netral. Apa pola alkitabiahnya? Kami khawatir dan prihatin jika melakukan kesalahan yang sama.”
- “Berhentilah sejenak dan pikirkanlah sensitivitasnya – kita bekerja dengan pandangan dunia, budaya, organisasi yang berbeda. Namun di tengah semua perbedaan tersebut, kita bagian dari satu ekosistem, di mana kita saling memerlukan untuk memenuhi suatu tugas.”
- “Kita menjalankan kekuasaan dalam keberagaman sangat berkaitan dengan sikap diplomasi kita. Karena ketika kita mempertimbangkan diri kita sendiri dalam perspektif dan pandangan kita sendiri, akan sulit untuk berjalan bersama. … Pandangan atau visi yang sama belum tentu merupakan komitmen untuk berjalan bersama. Praktek kemitraan mendekonstruksi situasi dinamika kekuasaan apa pun. … Kemitraan dapat sampai ke suatu perspektif yang lebih dalam dari hubungan yang langgeng.”
- “Kalau kita sebagai organisasi lokal bekerja sama dengan organisasi yang punya kekuasaan lebih besar, kalau ada yang dilakukan salah, mereka tidak pernah datang bertanya, kenapa, apa yang terjadi? Mereka hanya mengambil seseorang, memindahkannya, dan mendatangkan orang baru yang tidak memahami budaya di situ. Dan kami bertanya-tanya, apa yang terjadi?”
- “Kekuasaan terkadang membuat kita merasa rohani. Itu dapat juga membuat kita takut. Allah mungkin berkata, kamu diberi kuasa. … ‘Tetapi Tuhan, saya tidak mau kekuasaan itu.’ Tetapi jika Allah dalam kedaulatan-Nya memutuskan untuk memberi saya kekuasaan, apakah saya menolak Dia? Atau apakah saya takut? Saya percaya, kuasa itu ditujukan untuk melayani. Kalau kita memakai kekuasaan untuk mengambil keuntungan, kita berbicara tentang kerajaan kegelapan.”
- “Kita sudah berbicara tentang keramahan bahasa. Saya juga ingin mengusulkan keramahan kekuasaan. … Jika kita berusaha dengan sengaja seperti dengan bahasa, dalam hal kekuasaan, kita akan maju.”
Cerita: Jim Killam. Foto: Daisy Kilel, Jennifer Pillinger.
News
Lihat semua artikel
AI, Penerjemahan Alkitab dan Pertemuan Global
Teknologi yang berdampak pada penerjemahan Alkitab juga terbukti menjadi alat yang berguna (dan menyenangkan) bagi para delegasi di Johannesburg.
Baca selengkapnya
Sukacita, lalu kesedihan di Indonesia dan Benin
Injil dalam bahasa Kalumpang diluncurkan secara re...
Baca selengkapnya
Refleksi Afrika: Potensi pemuda, dan pelatihan
Strategi untuk membawa generasi muda ke dalam gerakan penerjemahan Alkitab dan bagaimana mendefinisikan ulang pengembangan konsultan merupakan beberapa isu yang dibahas oleh para pemimpin Area Afrika pada hari Jumat selama Pertemuan Global 2024.
Baca selengkapnya