AI, Penerjemahan Alkitab dan Pertemuan Global
Teknologi yang berdampak pada penerjemahan Alkitab juga terbukti menjadi alat yang berguna (dan menyenangkan) bagi para delegasi di Johannesburg.
Johannesburg, 4 November 2024 - Kecerdasan Buatan (AI) sudah muncul sebagai alat penting dalam penerjemahan Alkitab. Di Pertemuan Global, beberapa delegasi sudah melakukan percobaan.
Martjin Haaijer, teknisi audio Pertemuan Global, memberi perintah ini kepada sebuah aplikasi bernama Suna: “Buatlah lagu penyembahan Afrika tentang semua bangsa dan bahasa yang berkumpul bersama memuji Allah di Wycliffe Pertemuan Global. Buatlah tiga bait, satu chorus dan satu bridge.”
Dalam waktu sekitar satu menit, Suna menciptakan lagu ini. Tidak sempurna, tapi ternyata cukup bagus.
Bait 1:
Kami berkumpul di sini dari berbagai penjuru
Dengan hati yang terangkat oleh gelombang
Dari setiap bahasa kami bernyanyi satu suara
Untuk memuji Putra Allah yang kekal
Bait 2:
Bangsa-bangsa bergabung dalam paduan suara kudus
Suara kami membaur dengan api surgawi
Setiap bahasa digunakan di sini hari ini
Dalam kesatuan kami berdiri dan berdoa
Chorus:
Haleluya kami bersukacita
Setiap suku di setiap suara
Haleluya menyanyikan nama-Nya
Semua ciptaan bergabung bersamaan
Bridge:
Di setiap dialek rahmat-Nya
Bersinar di setiap wajah
Bukan lagi orang asing kami beritakan
Satu keluarga dalam nama-Nya
Bait 3:
Dari gunung yang tinggi hingga lautan yang dalam
Kasih-Nya menyebar dan membuat kami menangis
Keluarga Wycliffe bergandengan tangan
Bersama-sama sekarang kami berdiri
“Dan orang-orang di belakang meja itu menyukai lagu itu,” kata Martjin. Dia yakin jika dia memainkannya, tidak akan ada yang tahu itu lagu AI.
“Jika kamu mendengar liriknya, kamu akan berpikir, “Hei, ini tentang kita!” Anda bisa membuat semua jenis lagu, seperti lagu dengan nada tinggi atau apa pun.”
Ada beberapa keterbatasan. Martijn memperhatikan bahwa Suna mengucapkan Wycliffe sebagai “Y-cliffe.” Jadi, dia balik untuk melihat apakah aplikasinya dapat memperbaikinya. Ketika dia memasukkan perintah yang sama dengan pengucapan yang benar, Suna menciptakan lagu yang sama sekali berbeda.

Dari sesi Pertemuan Global tentang AI dan penerjemahan Alkitab.
Lebih banyak kegunaan
Delegasi lain memberi ChatGPT rekaman audionya dari sesi hari itu dan memintanya untuk membuat ringkasan. Sekali lagi, hasilnya tidak sempurna, tapi sangat bermanfaat.
Dan kemudian Etienne Ondoa, seorang spesialis IT dan konsultan teknologi bahasa yang sedang menjalani pelatihan di Asosiasi Penerjemahan dan Literasi Alkitab Kamerun (CABTAL), mencoba eksperimen lainnya.
“Selama presentasi tentang AI dan Penerjemahan Alkitab, kami ditawari beberapa sumber dan saya menguji Claude AI” katanya. “Saya meminta Claude AI untuk membuat aplikasi kamera yang dapat saya instal di ponsel saya dan dia membuatnya.”
“Ketika saya ingin menggunakannya, ponsel tersebut menolak memberi izin untuk mengambil foto saya.”
Etienne sudah mengeksplorasi bagaimana AI dapat membantu memajukan misi CABTAL.
“Ini adalah masa depan – kita tidak akan bisa menjadi efisien jika kita mengesampingkan AI,” katanya. “AI mampu menghasilkan seluruh Perjanjian Lama.” Ia menambahkan bahwa manusia perlu melengkapinya dengan database seperti Perjanjian Baru dan materi tertulis lainnya. Dengan demikian, AI akan belajar menulis draf terjemahan berdasarkan data tersebut.
“Ini akan menghasilkan draf nol dan manusia akan mengerjakannya untuk menghasilkan draf pertama,” katanya.
Ia memperingatkan bahwa mungkin ada beberapa ancaman yang harus diwaspadai karena penerjemah harus melek IT untuk memanfaatkan alat ini sebaik-baiknya.
”AI hanya akan melakukan apa yang Anda ajarkan.”
Cerita: Isaac Forchie, Jim Killam. Foto: Daisy Kilel
News
Lihat semua artikel
01/2025
Sukacita, lalu kesedihan di Indonesia dan Benin
Injil dalam bahasa Kalumpang diluncurkan secara resmi pada tanggal 31 Oktober 2024, hari yang menandai peringatan reformasi gereja di Indonesia. Perayaan ucapan syukur dipimpin oleh Pdt. Kalvin Barangan, Ketua Gereja Kristen Sulawesi Barat (GKSB). Ini benar-benar hari yang bersejarah karena sebagian masyarakat Kalumpang mendekap Kitab Suci di dadanya sementara sebagian lainnya mengangkatnya tinggi-tinggi untuk pertama kalinya. Pdt. Kalvin Barangan memfasilitasi pendistribusian Kitab Suci sementara masyarakat bergegas mendapatkannya. Sekitar 6.000 kitab Perjanjian Baru di Kalumpang, 60 Alkitab Edisi Pelajaran, dan sekitar 9.000 Alkitab dan komik Alkitab untuk anak-anak dibagikan. Tapi kesedihan menghadang. Di tengah suasana gembira itu, sungguh tak disangka-sangka menjelang tengah malam tanggal 1 November 2024, kami mendapat kabar duka bahwa Ketua GKSB, Pdt. Kalvin Barang, sudah berpulang ke Pemiliknya,” tulis Pendeta Bambang Widjaja, mantan anggota dewan WGA. “Allah yang memberi, Dia juga yang mengambilnya kembali. Yang jelas, hamba Tuhan yang rendah hati ini sudah menjadi sarana kasih karunia-Nya sepanjang hidup dan pelayanannya,” tambah Bambang. Pendeta Kalvin meninggal karena serangan jantung pada tanggal 1 November, sesudah berkhotbah pada peresmian Alkitab sehari sebelumnya. Gelombang berita mengejutkan tentang kematian ini sampai di Aliansi Pertemuan Global, di Johannesburg. “Saya sedih mendengar berita ini karena Pendeta Kalvin adalah pemeran kunci dalam proyek ini,” kata Budi Santoso, Direktur Eksekutif Kartidaya (organisasi Aliansi di Indonesia) Sesudah 15 tahun penerjemahan, pekerjaan tersebut terhenti. Namun Kalvin memobilisasi kembali tim itu dan meluncurkan kembali proyek tersebut selang jeda tiga tahun. “Sesudah menerjemahkan Alkitab bersama tim, Kalvin bekerja keras mengatur peresmian tersebut,” kata Budi. “Meskipun dia tidak ada lagi untuk melanjutkan distribusi, kami tidak akan berhenti.” Budi yakin gereja-gereja di wilayah tersebut akan terus melanjutkan di mana Kalvin berhenti, seraya menambahkan: “Ini bukan pekerjaan kami, ini bukan keinginan kami. Ini pekerjaan Allah dan ini akan terus berlanjut.” Pendeta Bambang Widjaja akan memimpin kebaktian gereja untuk mengenang Pdt. Kalvin Barangan pada hari Senin (4 November). Satu tewas, yang lainnya terluka dalam kecelakaan tim YWAM Satu orang dinyatakan tewas dan dua lainnya luka-luka kritis menyusul kecelakaan multi-kendaraan yang melibatkan tim YWAM yang sedang kembali ke Benin dari pertemuan regional. Tiga belas orang lainnya yang juga terlibat, selamat dan sudah kembali ke Benin. “Kami tidak dapat merilis nama individu tersebut karena saat ini sudah larut malam, dan anggota keluarganya masih diberitahu,” tulis YWAM pada tanggal 2 November. David Hamilton, delegasi YWAM di Pertemuan Global, sedang memfasilitasi pemulangan jenazah. Dikenal luas karena pelayanan penginjilan global yang kreatif dan perawatan medis berbasis kapal, YWAM juga bermitra dengan Aliansi melalui pelatihan penerjemahan Alkitab lisan. Cerita: Isaac Forchie
Baca selengkapnya
01/2025 Afrika
Refleksi Afrika: Potensi pemuda, dan pelatihan
Strategi untuk membawa generasi muda ke dalam gerakan penerjemahan Alkitab dan bagaimana mendefinisikan ulang pengembangan konsultan merupakan beberapa isu yang dibahas oleh para pemimpin Area Afrika pada hari Jumat selama Pertemuan Global 2024.
Baca selengkapnya
02/2025 Amerika, Asia-Pasifik
Memberi dampak pada kehidupan melalui Firman yang Diterjemahkan
Seperti yang direfleksikan oleh para delegasi Pertemuan Global 2024 pada tema hari Sabtu. Firman yang Diterjemahkan, penulis Isaac Forchie duduk bersama Marilina Bongarrá de Vega, Ketua Dewan LETRA Argentina, untuk membahas bagaimana penerjemahan Alkitab berdampak pada kehidupan di Asia Tenggara. Marilina bekerja sebagai penerjemah sebelum menjadi konsultan penerjemahan Alkitab. Bisakah Anda ceritakan sedikit tentang diri Anda? Saya lahir di Argentina dan bersama suami saya, kami bergabung dengan Wycliffe pada tahun 1999 — itu abad yang lalu. Belum ada Wycliffe Argentina atau cara lain apa pun yang dapat kami gunakan untuk bergabung dengan Wycliffe pada saat itu. Jadi Wycliffe USA muncul dan itulah kesempatan pertama kami bergabung dengan Wycliffe. Pada tahun 2001, kami berangkat untuk melayani di Asia Tenggara. Di Asia Tenggara, kami melayani Komunitas Bonia. Kami bekerja dengan mereka dalam pengembangan bahasa, memproduksi kamus, dan mengadakan proyek pendidikan multibahasa. Beberapa bahasa yang kami gunakan sudah ada terjemahannya, ada pula yang belum. Di salah satu kelompok tersebut, Gereja Katolik sudah mencoba menerjemahkan Alkitab selama bertahun-tahun karena mereka telah menggunakan bahasa ibu. Mereka sudah mempunyai beberapa bagian Kitab Suci, tetapi mereka tidak bahagia bila hanya mempunyai itu saja. Kami bertemu dengan pria yang sudah menerjemahkan Alkitab selama bertahun-tahun. Ia sudah dua kali membuat draf Perjanjian Baru, namun satu kali naskahnya terbakar dan di lain waktu seorang pastor membawanya ke Eropa dan meninggal di sana, sehingga tidak ada cara untuk mengambil kembali draf yang sudah dikerjakannya. Kami berteman dengan salah satu pastor dan dia mengundang kami untuk membantu menerjemahkan Alkitab. Saat kami mulai bekerja dengan mereka beberapa kali seminggu, kami membuat perkiraan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan Perjanjian Baru—diperlukan waktu puluhan tahun untuk menyelesaikannya! Jadi, paroki memutuskan untuk mempekerjakan satu tim penerjemah penuh waktu dan setiap desa akan memberikan uang untuk membayar gaji para penerjemah. Mereka berkata, “Karena kami mempunyai sumber daya, kami tidak mau menyia-nyiakan tawaran ini.” Begitulah cara kami mulai membuat draf Perjanjian Baru pada tahun 2005. Proyek ini berlangsung selama sekitar 15 tahun, dan Perjanjian Baru diterbitkan pada tahun 2020. Kami melayani penerjemah nasional dengan cara itu dan ini merupakan kesempatan yang indah. Menurut Anda, seberapa pentingkah penerjemahan Alkitab bagi komunitas? Pekerjaan penerjemahan tentu saja sangat penting. Komunitas yang kami layani rindu mempunyai Alkitab. Mereka tidak hanya menginginkan Perjanjian Baru—mereka saat ini sedang mengerjakan Perjanjian Lama. Ketika saya pertama kali mendengar adanya orang-orang yang tidak mempunyai akses terhadap Firman Tuhan, saya tidak bisa membayangkan menjadi seorang Kristen tanpa bisa membaca Alkitab. Lalu saya bertemu banyak orang yang tidak mempunyai Firman Tuhan, namun mereka ingin tahu tentang Yesus. Ketika pekerjaan penerjemahan sedang berlangsung, saya mulai mengadakan Pemahaman Alkitab dengan para wanita dari komunitas tersebut. Setiap kali kami menyelesaikan sebuah kitab, saya mengujinya dengan para wanita itu. Jadi, kami mempelajari Surat Efesus dan Filipi, sungguh menakjubkan bagi saya bagaimana mereka dipengaruhi oleh Firman. Mereka berkata, “Jadi Alkitab mengatakan hal ini?” Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang hal-hal yang ada dalam Alkitab. Saya ingat seorang wanita mengatakan kepada saya bahwa dia mengira [Rasul] Paulus adalah Paus Yohanes Paulus II. Mereka begitu gembira mempelajari seluruh sejarah Alkitab—Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Penting sekali untuk melihat secara langsung dampak Kitab Suci terhadap kehidupan mereka. Bisakah Anda berbagi pengalaman atau pelajaran yang Anda peroleh selama menjadi penerjemah? Suatu kali kami sedang mengerjakan Lukas 7, di mana Yesus membangkitkan anak seorang janda, lalu terjadi sesuatu yang mengubah cara saya melakukan penerjemahan. Saya harus belajar banyak dari cara mereka melihat terjemahan. Terkadang kami berpikir kami akan mengajari mereka cara melakukan eksegesis—sesungguhnya, kami mengajarkan banyak hal, namun kami juga belajar banyak hal. Saya ingat bagaimana kami membaca perikop ini bersama tim itu. Yesus melihat orang-orang berjalan keluar dengan jenazah anak laki-laki yang sudah meninggal dan Yesus penuh dengan belas kasih sehingga dia mengulurkan tangannya dan menyentuh anak laki-laki itu. Ketika kami membacanya, seluruh ruangan berkata: “Dia menyentuh orang yang sudah meninggal!” Dalam budaya mereka, menyentuh mayat untuk tujuan apa pun sangatlah buruk. Dan itu mirip dengan budaya Yahudi pada saat itu, jika Anda menyentuh orang yang sudah meninggal, Anda akan menjadi najis. Saya berpikir, saya sudah membaca ini beberapa kali, dan dalam budaya saya, biasa-biasa saja kalau orang menyentuh mayat. Kadang-kadang bahkan ada yang memeluk dan mencium mereka. Namun bagi mereka, mereka benar-benar menangkap momen penting ketika Yesus mengulurkan tangan-Nya dan menyentuh anak laki-laki ini dan hal tersebut memberi dampak yang besar bagi mereka. Jadi saya pikir, saya harus lebih memperhatikan untuk belajar dari mereka dan lebih dekat dengan budaya mereka. Kami semua tergerak oleh sentuhan, belas kasihan, dan mukjizat Yesus. Saya juga belajar bahwa saya perlu melihat budaya masyarakat setempat agar dapat menjangkau mereka dengan lebih baik. Sebagai seorang penerjemah, apa dampak penerjemahan Alkitab yang Anda lihat? Kami berangkat segera sesudah kami menyelesaikan Perjanjian Baru, dan kami harus kembali ke negara asal kami. Kami tidak ada di sana untuk melihat bagaimana mereka menggunakannya, tapi kami tahu mereka menggunakannya. Kita tahu bahwa baik Gereja Katolik maupun gereja injili menggunakannya untuk studi Alkitab mereka dan hal ini memberi dampak yang signifikan. Kami juga mempunyai tim dari FCBH (Iman Datang dari Mendengar) yang datang dan mencatat Perjanjian Baru, jadi mereka menggunakan para Pemberita untuk melakukan keterlibatan Kitab Suci, dan itu sangat menarik. Mengingat kami menerbitkan Perjanjian Baru, lalu pandemi dimulai, gereja menghadapi tantangan distribusi, namun segera sesudah pembatasan dicabut, semua kitab suci terjual. Saya memikirkan tentang sesuatu yang terjadi pada saya bulan lalu ketika saya kembali untuk melakukan pemeriksaan konsultan - sungguh menakjubkan! Kami sedang memeriksa kitab Yosua dan kami sedang mengerjakan kisah Rahab. Mereka terkejut melihat betapa Allah berbelas kasihan terhadap dia dan keluarganya meskipun dia seorang pelacur. Sangat sulit bagi mereka untuk membayangkan hal itu. Itu luar biasa! Keesokan harinya, saya memberi tahu mereka bahwa kita akan membaca Matius 1. Dan mereka kembali mendengar tentang Rahab dalam silsilahnya. Mereka kagum dan kaget terhadap belas kasihan Yesus ketika mereka mendengar bahwa Rahab adalah bagian dari silsilah Yesus, yang merupakan hal yang sangat besar dalam budaya mereka. Ada seorang pria yang menoleh dan menatap saya dengan berkata: “Kami sungguh memerlukan Perjanjian Lama. Kalau kami tidak punya Perjanjian Lama, bagaimana kami bisa memahami Perjanjian Baru?” Bagi saya, hal itu sangat menyenangkan untuk didengar, dan kami tahu itu; itulah sebabnya mereka melanjutkan proyek Perjanjian Lama. Pria itu berkata bahwa dia akan datang untuk memeriksa semua Perjanjian Lama karena ini pekerjaan yang sangat penting Kami sedang mengerjakan kitab Keluaran baru-baru ini dan orang-orang ini belum pernah mendengar tentang Musa, dan keajaiban yang telah Tuhan lakukan selama waktu itu. Jadi mereka sangat kagum. Seorang pria berdiri di tengah-tengah sesi pemeriksaan dan berkata, “Sungguh menakjubkan Allah yang kita sembah!” Ini Allah yang sama, yang mereka sembah selama bertahun-tahun, namun mereka hanya tahu sedikit tentang Dia. Sangat mencengangkan melihat mereka belajar tentang Allah dengan lebih dalam lagi. Interview oleh: Isaac Forchie. Foto: Jennifer Pillinger
Baca selengkapnya